Candi Sojiwan

Menyusuri Keheningan Candi Sojiwan: Jejak Peradaban Kuno di Tengah Alam Pedesaan

Di antara hamparan sawah dan perkampungan tenang di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berdiri sebuah mahakarya peninggalan Mataram Kuno yang tak kalah memesona dibanding Borobudur atau Prambanan. Namanya adalah Candi Sojiwan—sebuah situs purbakala yang menyimpan cerita sejarah, spiritualitas, dan keindahan arsitektur Hindu-Buddha klasik dalam satu kesatuan yang utuh.

Lokasi dan Akses

Candi Sojiwan terletak di Dusun Kebon Dalem Kidul, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Letaknya hanya sekitar 2 km dari Candi Prambanan dan sangat mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum dari Yogyakarta maupun Solo. Posisi candi yang relatif tersembunyi dari jalur utama membuatnya terasa damai, cocok bagi pengunjung yang ingin menikmati nuansa sakral jauh dari keramaian.

Sejarah Candi Sojiwan

Menurut sejumlah prasasti dan kajian arkeologis, Candi Sojiwan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno pada sekitar abad ke-9 hingga ke-10 Masehi. Candi ini diyakini dibangun sebagai penghormatan terhadap Sri Kaluhunan, seorang tokoh penting yang kemungkinan adalah nenek dari raja atau bangsawan.

Gaya arsitektur Sojiwan menunjukkan ciri khas Buddha, mirip dengan Candi Mendut dan Candi Kalasan. Hal ini memperlihatkan keragaman dan harmoni antaragama pada masa Mataram Kuno, di mana ajaran Hindu dan Buddha berkembang secara berdampingan.

Keunikan Arsitektur

Secara fisik, Candi Sojiwan berdiri di atas batur setinggi hampir 2 meter, dengan struktur utama yang menjulang hingga 27 meter. Candi ini memiliki bilik utama dan relief yang menghiasi bagian kaki dan tubuh candi. Yang menarik, banyak relief di Candi Sojiwan menggambarkan cerita Jataka—kisah kehidupan Buddha sebelum mencapai pencerahan.

Detail ukiran yang halus dan presisi, ditambah simbol-simbol khas Buddhis seperti stupa dan arca, menjadi daya tarik tersendiri. Keindahan ini menjadi bukti keterampilan tinggi para pemahat batu pada masa itu, serta tingginya nilai seni dan spiritual dalam pembangunan candi.

Pemugaran dan Konservasi

Candi Sojiwan pernah mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa dan pelapukan zaman. Namun sejak awal 2000-an, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) bekerja keras memulihkan bentuk aslinya. Proses pemugaran membutuhkan waktu bertahun-tahun karena setiap batu harus dicocokkan satu per satu.

Kini, setelah direkonstruksi secara hati-hati, Candi Sojiwan tampil anggun kembali, menjadi destinasi wisata sejarah sekaligus lokasi edukatif bagi pelajar, peneliti, dan wisatawan.

Wisata Edukatif dan Spiritual

Candi Sojiwan sering dikunjungi oleh siswa dan mahasiswa dalam rangka studi sejarah. Selain itu, para peziarah dan pemeluk agama Buddha juga datang ke sini untuk berdoa atau bermeditasi. Suasana tenang yang tercipta oleh lingkungan pedesaan membuat candi ini sangat cocok untuk refleksi dan kontemplasi.

Penutup

Candi Sojiwan bukan hanya sekadar bangunan batu kuno, melainkan saksi bisu kejayaan masa lalu yang masih berdiri tegak di tengah zaman modern. Dengan nilai sejarah yang tinggi, keindahan arsitektur yang memesona, dan suasana spiritual yang mendalam, Candi Sojiwan layak menjadi destinasi utama bagi siapa pun yang ingin memahami kebesaran peradaban Nusantara.

Jadi, jika kamu berada di sekitar Yogyakarta atau Solo, jangan lewatkan kesempatan untuk menyusuri jejak spiritual dan sejarah di Candi Sojiwan—tempat di mana waktu terasa melambat dan sejarah berbicara lewat batu.

slot demo

SITUS TOTO 

SLOT777

SLOT777

ROKOKSLOT

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top